Putus-Nyambung

Judulnya kok mirip-mirip lirik lagu ya, atau kayak sinyal HP saja… Yang ditinjau di sini bukan orangnya lho, tapi baloknya. Maksudnya, topik tulisan kali ini tidak lain adalah tentang persilangan balok, yaitu analisis pertemuan antara balok induk dan balok anak atau balok cucu-cicit-nya kalau ada, seperti gambar berikut :

Balok Bersilangan

Model seperti ini umum dijumpai pada struktur gedung atau bangunan, yang tentu saja bisa jauh lebih rumit derajat persilangannya dibandingkan dengan contoh sederhana ini. Masalah yang akan dikaji adalah perlu tidaknya pembagian elemen balok pada lokasi persilangan. Misalnya, balok induk yang menumpu balok anak, atau antara persilangan balok anak di bagian tengah. Untuk keperluan ini, akan dibuat beberapa model. Salah satu model akan menjadi model kontrol, yang hasilnya akan menjadi rujukan bagi model-model selanjutnya yang diberi modifikasi. Model ini merupakan model yang dianggap hasilnya valid, bisa memakai model hitungan manual ataupun model elemen hingga dari program.

Sebagai model kontrol pada contoh ini, sebut saja Model 1, semua balok yang bersilangan akan dibagi menjadi elemen terpisah, sehingga pada lokasi persilangan jelas akan terhubung oleh nodal-nodal ujung batang yang bersilangan. Kalau dilihat pemisahan elemennya menjadi seperti berikut (klik saja tombol Object Shrink Toggle) :

Object Shrink

Model 1

Gambar tersebut menunjukkan elemen batang dengan ukuran panjang yang dikecilkan (shrink) sehingga bisa terlihat lokasi ujung-ujung batang sekaligus lokasi pemutusan elemen. Hasilnya adalah sebagai berikut (tinjauan untuk beban berat sendiri saja) :

  • Lendutan nodal persilangan balok induk-balok anak = 2,433 mm
  • Lendutan nodal persilangan balok anak-balok anak = 3,783 mm
  • Momen maksimum persilangan balok induk-balok anak = 5,252 kNm
  • Momen maksimum persilangan balok anak-balok anak = 2,627 kNm

Displacement Model 1

Momen Model 1

Berikutnya, dibuat Model 2, dengan semua balok menjadi utuh (tidak terputus pada persilangan), sehingga pemisahan elemennya menjadi seperti berikut :

Model 2

Hasilnya adalah sebagai berikut (untuk lendutan persilangan antar balok anak dibaca dari detail diagram gaya batang karena tidak terdapat nodal tengah) :

  • Lendutan nodal persilangan balok induk-balok anak = 2,433 mm
  • Lendutan nodal persilangan balok anak-balok anak = 3,762 mm *
  • Momen maksimum persilangan balok induk-balok anak = 5,252 kNm
  • Momen maksimum persilangan balok anak-balok anak = 2,622 kNm *

Hasil yang sedikit berbeda dengan Model 1 ditandai dengan tanda bintang (*), yang selisihnya masih dalam batas toleransi (selisih kecil).

Oh… jadi kalau begitu pemisahan batang yang bersilangan tidak diperlukan donk. Masalah selesai ! Puas? Kalau hanya sekadar untuk kebutuhan praktis saja, alias hanya pingin tahu saja apakaah perlu untuk diputus atau dibagi secara manual atau tidak, ya sudah silakan langsung lanjutkan pekerjaan. Namun kalau masih penasaran kenapa program bisa begitu pintarnya (kok tahu kalau di situ ada persilangan), silakan klik kanan pada salah satu elemen batang, misal pada balok induk (pada kondisi undeformed shape).

Frame Info

Pada detail elemen yang ditampilkan, scroll ke bawah sampai ditemui keterangan Automatic Mesh. Akan tertera di situ kondisi “At Intermediate Joints”. Maksudnya, secara default (sejak membuat elemen batang awal tanpa diutak-atik) program sudah memberikan fasilitas automatic frame mesh pada batang, yaitu elemen akan otomatis dibagi menjadi elemen terpisah dalam analisisnya bila dijumpai kondisi seperti yang tercantum, yaitu pada intermediate joints atau nodal-nodal tambahan di sepanjang batang. Karena balok induk tersebut bersilangan dengan (ujung) balok anak, maka pada pertengahan batang akan terdapat nodal tambahan yang otomatis akan menjadi titik pemutusan elemen (saat analisis).

Lain ceritanya pada persilangan antar balok anak. Pada lokasi tersebut tidak akan muncul intermediate joints, karena tidak ada ujung batang yang bertemu pada balok anak, yang menimbulkan hasil yang sedikit berbeda pada hasil outputnya.

Lokasi pembagian elemen batang pada automatic frame mesh bisa juga ditentukan di tempat lain. Caranya dengan memilih salah satu batang lalu dari menu Assign > Frame > Automatic Frame Mesh.

Frame Mesh

Pada kotak dialog tersebut nampak seperti yang  telah disebutkan sebelumnya bahwa secara default pada elemen batang akan diberikan automatic frame mesh pada intermediate joints. Pilihan lainnya (yang akan dicoba di sini) adalah pada intersection with other frames, alias pada pertemuan atau persilangan dengan elemen batang yang lain. Hasilnya, sebut saja Model 3 (turunan dari Model 2 namun dengan tambahan automatic frame mesh pada persilangan dengan batang lain) akan didapatkan output yang sama dengan Model 1.

Lalu, apa yang terjadi bila pada semua batang tidak diberikan automatic frame mesh? Atau dengan kata lain, automatic frame mesh yang sudah ada dari sono-nya (default) di-nonaktif-kan (pilih No Auto Meshing saat assignment Automatic Frame Mesh) ? Ya begini inilah jadinya lendutan dan diagram momennya… :

Model w/o Frame Mesh

Sebentar… kalau begitu untuk balok yang bersilangan seperti antar balok anak yang tidak muncul nodal tambahan jangan-jangan belum menjadi satu kesatuan ya? Coba lihat kembali Model 2, cek lendutan dari arah samping.

Model 2 Side View

Hmmm… kelihatan sudah tergabung ya baloknya. Hasilnya akan sama kalau dibandingkan dengan Model 1 (kontrol). Namun ingat, model tersebut memiliki perbandingan lokasi balok anak yang sama pada kedua arah, sehingga otomatis akan sama lendutan di kedua arahnya. Untuk lebih meyakinkan diri, dibuat Model 4 yang memiliki lokasi balok anak tidak tepat pada pertengahan balok induk, dan berbeda lokasinya antara kedua arah.

Model 4

Jika dilihat lendutan dari arah samping maka akan terlihat seperti berikut :

Model 4 Side View

Nampak lendutan balok anak berbeda-beda, padahal pada lokasi pertemuan/persilangan seharusnya menyatu. Jika dibuat lagi Model 5, sama dengan Model 4 namun menggunakan pilihan automatic frame mesh pada intersection with other frames, maka hasilnya menjadi berikut ini :

Model 5 Side View

Oooh… ternyata masih butuh automatic frame mesh dengan pilihan intersection with other frames ya… Betul, jika model yang ada adalah hanya balok-balok saja, dengan posisi persilangan antar balok yang tidak sama pada kedua arah. Umumnya, model struktur bangunan yang dipakai adalah tidak hanya berupa balok saja namun juga memodelkan serta elemen pelat lantai (misal dengan shell) sehingga nodal antara sudah akan bisa terakomodasi. Supaya lebih jelas, dibuat Model 6 yang masih sama dengan Model 4 (tanpa tambahan automatic frame mesh pilihan intersection with other frames), namun dengan tambahan elemen shell sebagai model pelat lantai.

Model 6

Nah, pada elemen pelatnya, karena digambar langsung utuh satu elemen untuk keseluruhan model, perlu juga diberi automatic mesh dengan pilihan berikut :

Area Mesh

Pilihan sebelah kiri adalah untuk meyakinkan bahwa pembagian mesh jatuh pada lokasi balok-balok antara (terutama balok anak), dan yang sebelah kanan (sub-mesh) berguna untuk pembagian mesh yang lebih halus dengan ukuran maksimum 0,5 m x 0,5 m. Intinya, pada tiap pertemuan lokasi persilangan akan didapatkan nodal tambahan dari hasil meshing pelat. Kalau dianalisis, maka model tersebut akan menghasilkan lendutan seperti ini :

Output Model 6

Pada gambar sebelah kanan elemen pelat tidak ditampilkan agar lendutan balok bisa terlihat jelas. Nampak sekarang bahwa lendutan pada persilangan balok anak sudah sama, karena adanya nodal tambahan hasil dari meshing elemen pelat, yang berkontribusi pada automatic frame mesh dengan pilihan intermediate joints, yang merupakan bawaan default dari program sehingga tidak dibutuhkan setting tambahan pada frame mesh (cukup pada area mesh, hayoo… jangan bingung lho, bedakan antara mesh pada elemen frame dan elemen area).

Supaya tidak kehilangan arah, sepertinya lebih baik kalau dibuatkan rangkuman saja deh

Model 1 :

  • Model balok-balok
  • Pemisahan balok secara manual
  • Automatic frame meshintermediate joints (default)
  • Hasil : OK !

Model 2 :

  • Model balok-balok
  • Tidak ada pemisahan balok
  • Automatic frame meshintermediate joints (default)
  • Hasil : Fail ! (hanya OK jika jarak balok anak di kedua arah sama)

Model 3 :

  • Model balok-balok
  • Tidak ada pemisahan balok
  • Automatic frame meshintermediate joints + intersection with other frames
  • Hasil :  OK !

Model 4 :

  • Model balok-balok (lokasi balok anak tidak sama di kedua arah)
  • Tidak ada pemisahan balok
  • Automatic frame meshintermediate joints (default)
  • Hasil : Fail !

Model 5 :

  • Model balok-balok (lokasi balok anak tidak sama di kedua arah)
  • Tidak ada pemisahan balok
  • Automatic frame meshintermediate joints + intersection with other frames
  • Hasil : OK !

Model 6 :

  • Model balok-pelat (lokasi balok anak tidak sama di kedua arah)
  • Tidak ada pemisahan balok
  • Automatic frame meshintermediate joints (default)
  • Automatic area meshbased on points on area edges (karena pelat dibuat utuh satu elemen)
  • Hasil : OK !

Jadi, kalau model struktur bangunannya berupa elemen frame (balok dan kolom) serta shell (pelat) maka cukup dilakukan meshing pada pelatnya saja (tidak perlu frame mesh tambahan alias dipakai default-nya), dengan catatan tiap pertemuan persilangan balok akan terdapat tambahan nodal hasil meshing pelat. Atau kalau mau jauh lebih aman bolehlah diberi automatic frame mesh pilihan intermediate joints dan intersection with other frames. Oh ya, kalau mau tahu lebih lanjut tentang pembagian mesh pada pelat, silakan lihat tulisan ini.

Demikianlah eksperimen kecil untuk kali ini. Sekarang sudah tahu kan konsekuensi dari mau lanjut nyambung atau putus saja deh

Oh ya, sebagai info tambahan, buku Seri 1 sudah selesai cetak ulang lho. Bagi yang dulu belum kebagian, ayo buruan saja pesan…  🙂

43 tanggapan untuk “Putus-Nyambung”

  1. masi bisa nanyak2 kan mas..
    hehehee

    1. ada ga pengaruh letak dari sumbu global mas. misalnya di tepi struktur atau ditengah struktur ..
    2. klo struktur kita ga beraturan (misalnya denahnya letter L), bila kita bebani dengan beban gempa (respon spektrum) apa mungkin torsi terjadi di kolom..?
    3. mana lebih kuat memikul torsi mas penampang persegi kah, bulat kah, atau persegi panjang (b = 0.5 h) dan adakah pengaruhnya ke tulangan torsi itu sendiri..

    mohon pencerahannya mas..
    hehehehe

    1. Kalau maksudnya letak titik asal koordinatnya pengaruhnya hanya ke koordinat lokasi elemennya saja. Gaya-gaya pada kolom atau elemen lainnya tergantung dari hasil analisisnya, yang pasti untuk denah tidak beraturan akan ada kecenderungan muncul torsi pada mode fundamental sehingga perlu ditambahkan elemen pengaku atau perbesaran elemen di tempat tertentu. Untuk kapasitas torsi penampang, bentuk dengan rasio panjang dan lebar yang tidak terlalu berbeda jauh bisa memiliki ketahanan yang lebih besar, misal balok ukuran 200/250 bisa mempunyai kapasitas torsi lebih baik daripada ukuran 250/500. Tulangan torsi lebih tergantung dari penempatan elemen pada denahnya, misal balok tepi dan balok yang menahan balok lain hanya pada satu sisi akan mendapatkan torsi yang lebih besar.

  2. Pak saya juga mau ikutan nanya… hehe
    kalo untuk output tabel buat defleksi framenya ada ga ya pak? soalnya di output tabel cuma ada joint displacement saja…
    o iya pak sama dibuku sap yang seri 2 itu untuk perhitungan waktu getar alami struktur beton maksudnya pake yang 0,030 kan pak? terima kasih…

    1. Tabel output defleksi memang hanya bisa ditampilkan pada lokasi joint saja, namun nilai defleksi di sepanjang batang bisa dilihat saat menampilkan detail gaya batang (klik kanan pada tampilan diagram momen misalnya) seperti hal. 129 buku Seri 2 di bagian bawah ada tampilan Deflections yang bisa dilihat nilainya di sembarang tempat pada batang. Sedangkan koefisien Ct mengacu pada UBC 1997 untuk struktur beton bertulang (0,035 di hal.71).

  3. Asslm..

    Mas Purbo mau nanyaaa kok stiap saya melakukan analisis pada struktur yg sy desain pd SAP menggunakan area section (concrete) pada platform.y slalu error/hang sampai2 laptop yg sy gunakan harus direstar berkali2, padahal smua instruksi pada buku Blajar SAP sudah sy jalankan smua.., apa karena SAP yg sy gunakan tanpa lisensi (bajakan), slama ini sy slalu mlakukan hitung manual u/ pembagian beban pada plat ke tiap2 balok padahal cara tersebut sangat tdk efisien karena membutuhkan wkt yg lama apalagi jika struktur yg didesain terdiri dari puluhan lantai. Mohon bantuannya mas Purbu..,

    Matur nuwun..
    Wassalam…..

    1. Wa’alaikumsalam, mungkin bisa diuraikan dahulu tentang modelnya, apakah Anda menganalisis seperti contoh di buku atau model struktur lain, karena kalau dengan model yang besar (misal puluhan lantai atau bentangan luas) maka proses analisis pembagian (meshing) pelat memang bisa memakan waktu lama sehingga seolah-olah komputer tampak hang padahal sedang memproses data. Bisa juga dicoba analisis tanpa elemen pelat, jika tidak ditemui error berarti mungkin masalahnya ada pada elemen pelatnya. Pengambilan pembagian jumlah pias bisa coba diambil yang lebih kecil agar menurunkan lama waktu proses analisis (misal 10×10 menjadi 7×7).

      1. Thanks for replay mas purbo..,

        Ooooo…., jd tdk ada hubungan dngan master SAP yg sy gunakan yaa…??? kalau misalkan sy coba analis struktur sederhana seperti contoh pad buku tutorial belajar SAP hasilnya alhamdulillah aman2 sajja..,, tp ktika struktur.y sudah lumayan rumit (trdiri dari puluhan lantai) nah disitu sudah mulai hang..,, sy pernah coba diamkan laptop sy dalam keadaan hang berharap agar bisa kembali normal namun sampai 15 menit kemudian masih tetap hang..,, Jika strukturnya sy analis tanpa elemen plat alhamdulillah tdk ada masalah..,,,,,

  4. Mas Purbo tambah pertanyaan yaaa…, u/ steel structure gmn cara.y menganalisis kebutuhan baut di SAP..??

  5. asslm..
    pak purbo,, sy mw numpang nanya2 boleh ya??

    gini pak,, sy kan skrg lg nyoba2 mendesain portal beton bertulang elemen kolom n baloknya,, bangunanx 3 lantai tapi cukup luas pak,, desain dimensi kkolom n balok serta tulangan kolom n baloknya bangunan itu sdh ada pak,, sy pake itu untuk perbandingannya pak, hehe..

    jd pertanyaan sy gini pak,,
    1. stelah sy analisis n desain beton,, sy pilih identify all failure di display infonya,, n ada bbrapa kolom tertulis bcc, mksudx apa ya pak??
    2. untuk jumlah kebutuhan tulangan longitudinal kolom kok hampir semua sama ya pak,, pdhal desain beton kolom untuk bangunan itu yang suda ada beda2 pak,, sy jd ragu,, kira2 ada salahnya atau tdk ya pak?
    3. ada kolom yang jumlah kbutuhan tulangannya lebih banyak di lantai atasnya daripada bawahnya pak,, pas sy cek ternyata itu karena pegaruh beban gempa yang sy masukan. klo mnurut pak purbo untuk kolom itu gimana kbutuhan tulangannya ya pak??

    maaf pak, klo pertanyaannya kebanyakan,, mhon bantuannya pak,, mkasih,, 🙂

    1. Wa’alaikumsalam. Untuk keterangan ‘bcc’ saya masih kurang paham, mungkin ada keterangan lain yang lebih detail (klik kanan pada kolom saat ditampilkan hasil desainnya). Pada kasus evaluasi, intinya dibandingkan antara hasil desain dengan kenyataan yang ada di lapangan. Jika yang terpasang masih lebih besar dari hasil desain maka masih aman. Hasil desain bisa saja berbeda dengan yang ada di lapangan, karena misal pada desain hasilnya memang diperlukan luas tulangan yang hampir mendekati pada beberapa kolom sehingga ditampilkan nilai yang sama, sedangkan di lapangan mestinya perencana juga mempertimbangkan faktor ekonomis, misal tulangan lantai atasnya dibuat lebih sedikit dari lantai bawah (dengan catatan luas tulangan masih mencukupi) dibandingkan semua tulangan dipasang sama.

  6. Ass.
    Mas purbo, tolong pencerahan dong ke kita…
    sy nemuin kasus pada rehab gedung sekolah 3 lantai. skrg mau dilanjutkan pembangunan ke lantai 4 tapi harus bobok kuda-kuda beton pada atap sebelumnya. ukuran gedung 8 x 9 m, kolom 35 x 35 cm, balok 20 x 35 cm. balok induk kan sdh ada tu (coran yg lama),,,,gimana detail sambungan pada balok induk dan balok anak (coran yg baru) + Plat lantai baru. apakan perlu bobok balok induk untuk menyambungkan tulangan atau gimana…?

    1. Balok induk sebaiknya dibobok betonnya pada bagian atas sampai pada ketebalan pelat saja (tulangan balok tetap ada) agar tulangan pelat bisa diteruskan ke dalam / melewati balok karena pelat dan balok harus monolit menjadi satu kesatuan, demikian juga untuk balok anak. Saat pembobokan mungkin perlu dipasang juga perancah pada balok-balok yang dibobok untuk mengantisipasi lendutan berat sendiri.

  7. salam bang..
    untuk menghitung tulangan atas dan bawah pelat data apa sj kita pakai bg. apakah cukup dgn nilai momen pd pelat itu? klo memang dengan nilai momen yg kita diperlukan, momen yg mana sajakah yg dipakai, soalnya banyak saya liat nilai momen, misalnya M11, M22, M12, Mmax, Mmin.

    thx..

    1. Perhitungan tulangan utama (lentur) pelat memakai nilai momen pada arah sumbu utama pelat, yaitu M11 dan M22 seperti pada bagian akhir buku Seri 1, dengan ketebalan pelat cukup dicek ketahanan terhadap geser (untuk pelat lantai pada umumnya ketebalan 12 cm sudah mencukupi).

      1. mau nanya lg nih bg..
        🙂

        untuk desain tulangan pelat bs kita lihat dari display > show force > shell > concrete design.

        setelah itu aku jd bingung bg, untuk tulangan utama yg mana kita pakai bg, soalnya di komponen “output type” banyak x pilihanya, begitu jg dengan bagian “component”. apakah itu sama sj smuanya?

        setelah kita “ok” kn, dengan memilih salah satu komponen trsbut, kn hasilnya berupa diagram dengan warna-warni (warna pelangi) dengan nilainya tertera dibawah, apakah bs itu kita pakai langsung utuk mencari diamater dan jarak tulangan untuk pelat kita bg?

        thx bg..

      2. Bisa coba lihat beberapa komentar di sini dan di sini. Yang ditampilkan baru luas tulangan per meter saja, untuk diameter dan jarak perlu dihitung manual agar memenuhi kebutuhan luas tulangan dari SAP.

  8. Pak mau nanyak lg nich..
    saya lg merencanakan struktur lantai 1, dengan ukuran denah 16.2 x 40.3 m. bangunan tersebut menggunakan coran beton pd atapnya (16.2 x 40.3 m). masalahnya adalah ada ruangan yg ukuranya sekitar 12 x 11 m dimana ditengah2 ruangan tersebut ga boleh ada kolomnya. setelah saya hitung2 dengan sap saya dapat ukuran baloknya 50/30 dan kolom 40/40 dengan tebal pelat 12 cm, dengan mutu beton f’c 17 Mpa dan mutu baja baja fy 300 Mpa.

    menurut bapak itu kira2 sudah aman atau bagaimana pak? soalya saya masi ragu dengan analisis saya pak, krn ini pertama kalinya saya mendesain pak. mohon pencerahannya pak.

    1. Paling tidak dua hal utama yang diperhatikan dalam desain, yaitu masalah kekuatan dan lendutan. Yang pertama bisa dilihat dari hasil desainnya, asal kekuatan penampang lebih besar daripada gaya yang bekerja (momen, geser, aksial) maka balok dan kolom sudah oke. Untuk yang kedua, dilihat terhadap batas lendutan, misal 1/360 dari bentang. Lendutan lebih berpengaruh kepada kenyamanan, terutama bila ruang di atasnya dipergunakan untuk fungsi utama (kantor, dll.), namun untuk atap misal dak mungkin bisa agak lebih longgar. Syarat nomor dua ini mungkin yang perlu juga dintinjau dari hasil desain Anda. Kadang bisa diperlukan ukuran yang lebih besar dari hasil yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat tersebut. Sebenarnya masih ada syarat lain yang lebih terpengaruh oleh owner bangunan, misal diinginkan dimensi kolom pipih atau tinggi balok tidak melebihi dimensi tertentu.

      1. terimakasih pencerahannya pak..
        dan terimakasih juga bukunya. sudah nyame di medan semalam..

        oh ia pak, ada lg nich mw aku tanyakan pak..
        mudah2an lh bapak ga bosan sama saya, krn udah merepotkan..
        hehehe

        saya mw merencanakan rangka atap baja ringan pak. tp ga ada refrensi sama sekali, ada kira2 bapak punya reprensi mengenai perhitungan baja ringan?
        apa bisa kira2 kita rencanakan rangka baja ringan denga sap2000 pak?
        klo memang bisa materialnya apa kira2 pak?
        terimakasih pak..

      2. Untuk baja ringan di SAP2000 bisa dipakai material tipe cold-formed, dengan acuan peraturan AISI. Gunakan saja dua kata kunci tersebut (cold-formed steel dan AISI) untuk pencarian referensinya.

  9. terimakasi masukannya pak..
    suadah saya coba pak..

    oh ia pak, masi ada lg yg saya bingung dan ragukan pak.
    1. Sloof
    kalau kita mendessain sloof kita asumsikan ebagai apa pak? apakah seperti balok biasa sj? krn ketika saya rencanakan seperti biasa dan langsung saya masukkan ke portal tiga dimensi, maka hasilnya sangat berbeda pak. apakah cukup dianalisa dengan dua dimensi sj pak (terpisah dari struktur utama)?

    2. Pondasi
    untuk merencanakan pondasi gaya apa sj kita pakai pak? apakah dari gaya axial sj atau gaya yang kita mabil dari joint? apakah momen jg perlu diperhitungkan pak? soalnya di buku bapak tidak ada penjelasan untuk itu pak..

    mohon pencerahannya lg pak..
    terimaksih pak..
    maaf sudah merepotkann pak..

    1. Sloof dapat dimodelkan langsung dalam model struktur. Jika dipakai tumpuan sendi, sloof bisa berpengaruh terhadap kekakuan kolom, tergantung dimensinya (ada efek jepitan) namun tidak akan signifikan pada tumpuan jepit. Kalau di bawah sloof ada fondasi menerus/staal maka dinding tidak perlu dibebankan ke sloof karena sudah langsung dilimpahkan ke tanah dasar. Untuk fondasi di hal. 137 ada keterangan yang dipakai adalah F3 (aksial) dan momen M1 dan M2 (momen memanjang/melintang tergantung sumbu global/lokal), diambil dari output Joint Reactions. Untuk fondasi sentris, gaya aksial bisa dominan, sedangkan fondasi eksentris (misal tepi bangunan) perlu dipertimbangkan untuk momennya juga.

  10. terimakasi masukannya pak..
    ada lg yg aku mau tanyakan pak..
    hehehe
    kebanyakan nanya jadinya kek gini..

    1. bagaimana cara kita menginput faktor reduksi gempa di SAP?
    2. untuk struktur 2 lantai apakah kita perlu jg menegecek keamamnanya thdp gempa, atau berapa lantai kah minimal struktur yg perlu kita cek keamananya terhadap beban gempa.?
    3. di SAP klo kita mendesain kolom yg cukup tinggi, apakah SAp otomatis mengecek keamanan kolom terhadap kelansingan kolom tsbt (klo mmg ada kita bs melihatnya dimana pak?), atau perlu lg kita hitung/cek dengan cara manual
    4. adakah solusi/trik dari bapak untuk mempercepat mengkoversi luasan tulangan menjadi jumlah dan diameter yg kita pakai, krn klo kita mengeceknya satu per satu kurang efektif mnurut saya, karena klo banyak Frame kita mk kita akan makin kesulitan mengeceknya.

    1. Input faktor reduksi gempa (R) sudah dibahas di buku Seri 2, yaitu lewat scale factor pada analysis case. Bangunan bertingkat semestinya sudah perlu dicek terhadap gempa, hanya kadang perlu disesuaikan juga dengan strukturnya, misal untuk bangunan sederhana seperti rumah tinggal jika beban gempa terlalu ‘serius’ kadang bisa mengundang ‘komplain’ dari pemilik (dimensi jadi terlalu besar), untuk itu kadang perlu ditangani dengan reduksi yang memungkinkan, misal jenis tanah dipakai yang lebih baik, atau pengurangan beban lantai. SAP setahu saya sudah memperhitungkan juga untuk faktor kelangsingan, untuk kedua arah. Yang perlu perhatian adalah terutama pada struktur yang terdapat kekangan pada elemen misal pengaku/stiffener pada struktur baja yang mungkin perlu perlakuan khusus. Untuk konversi tulangan sebaiknya dikelompokkan berdasar variasi dimensi baloknya (15/20, 20/35, dst.) atau notasi (B1, B2, dst.) bukan tiap nomor frame.

  11. Ass. Mas Purbo..tlg dibantu, saya mau nanya
    Apakah pada program Sap(sya pake sap2000) untuk output lendutan plat lantai sudah memperhitungkan Lendutan ijin maksimum?. Saya bingung krn spengetahuan saya sap tdk mengakomodir warning thd kegagalan plat lantai, sehingga dgn tebal 12 cm pun itu dianggap memadai. Tetapi waktu hitung manual cek syarat lendutan jangka panjang, tebal itu dinyatakan bahaya dan hanya masuk tebal plat di atas 18 cm. Oh iya saya menggunakan plat dua arah uk. 5 m x 5,5 m (tanpa balok anak). Mohon pencerahannya Pak.

    1. SAP2000 tidak memperhitungkan lendutan lantai jadi harus dicek manual. Tebal pelat lantai umumnya 12 cm, sampai 18 cm itu jelas terlalu aduhai, dan ukuran bentang lebih dari 4 m tanpa balok anak juga terlalu lebar.

  12. selamat siang Pak Purbo,

    saya mau menanyakan kalo kita klik kanan di balok itu kan muncul bidang momen dan geser..kita geser2 bisa tau nilai momen lebih detail di balok itu..

    apakah bisa secara otomatis ditampilkan nilai momen dan geser hanya sampai pada permukaan kolom (column interface)?
    jadi bukan nilai yg di ujung balok tapi sekian meter dari ujung itu (dipotong setengah dimensi kolom)
    apakah diperbolehkan mendesain tulangan yg diperlukan dari lokasi section tersebut?

    makasi banyak ya Pak Purbo.

    1. Bisa saja, dengan memanfaatkan end length offset yang dijelaskan dalam buku Seri 2 hal. 65. Dengan feature ini, program juga akan memberikan nilai output pada lokasi muka kolom, yang mana juga umumnya merupakan lokasi untuk momen dan gaya geser untuk desain tulangan (jika diambil langsung pada nodal sambungan balok-kolom akan bernilai terlalu besar, toh sebenarnya yang terjadi adalah pada muka kolom).

  13. Trims mas Purbo buat penjelasan di atas. Ilmu yang berguna sekali untuk menambah wawasan.
    Sedikit pertanyaan di luar topik di atas.
    Dalam menghitung struktur bangunan dengan Sap 2000 atau Etabs, combinasi pembeban untuk beban hidup, menurut pengalaman bapak dan para Insinyur senior, apakah sangat di haruskann reduksi beban Hidup 0,5L (1,2 DL + 0,5L + 1Rspx-0.3RSPY) atau tetap saja pakai beban hidup tanpa faktor reduksi beban hidup sesuai SNI beton? Tentunya berhubungan dengan keamanan gedung dan memperoleh penampang yang ekonomis.

    1. Setahu saya (yang bukan insinyur senior) penggunaan reduksi beban hidup untuk memperhitungkan kondisi ketika suatu kombinasi tertentu bekerja, beban hidup yang ada kemungkinan tidak tercapai penuh, selain karena besar bebannya yang mungkin sudah cukup memadai (misal beban hidup orang dalam 1 m persegi dianggap 200an kg sebenarnya sudah cukup lumayan). Dalam peraturan sendiri juga sebenarnya kata yang digunakan adalah ‘boleh’, jadi boleh diterapkan atau tidak dipakai juga bisa (kecuali beberapa fungsi ruangan misal untuk pertemuan dll. yang mana bebannya kemungkinan bisa saja menjadi penuh karena orang cenderung ramai/berdesakan dst.)

  14. Salam mas Purbo. Thanks untuk sharingnya yang bermanfaat bagi saya.
    Pada lantai2 atas untuk struktur gedung bertingkat tinggi, luas tulangan kolom sering lebih banyak daripada lantai2 di bawahnya (contoh gedung 25 lantai yang sy coba running pakai Sap 2000), kejadian ini di atas lantai 5 bahkan pada lantai terakhir malah lebih banyak dari di bawahnya, dan jika di pakai maka boros tetapi banyaknya tulangan di kolom seperti itu karena momen lentur yang besar.
    Untuk kasus2 seperti ini lebih baik di check secara manual pada kolom yang demikian ya pak, agar hasil yang di dapat tentunya masih aman dan jumlah tulangan bisa di kurangi.
    Berikutnya: sy mencoba membandingkan hasilnya Sap dan Etabs untuk desain beton bertulang dengan model struktur yang sama, Sap 2000 agak sedikit boros (beda hampir 1 tulangan dengan Etabs-jika di lihat dari luasannya).
    ada kalimat saat mau lihat luasan tulangan di Sap (Start chechk design in Concrete Structure) : “Can not save transfer file in Core”, apa datanya terlalu besar dan harus pakai ruang hardsik yang cukup untuk hal ini pak??

    1. Mungkin bisa dicek dahulu trend/kecenderungan gaya dalam terutama momen yang terjadi pada lantai-lantai, apakah secara umum membesar dari bawah lalu mengecil ke atasnya atau ada kecenderungan lain, juga mode shape untuk mode pertama apakah dominan translasi. Cek manual untuk beberapa sampel sangat bermanfaat untuk mengecek output program, karena terkadang bisa saja ada kekurangsesuaian antara yang diinginkan pengguna dengan yang seharusnya diinputkan dalam model. Saya sendiri lebih banyak memakai desain manual karena untuk juga bisa untuk lebih mendekati ketentuan SNI. Kalau memang kecenderungannya sudah lazim, hasil output bisa tetap dipakai. Untuk pesan kesalahan saya kurang tahu, mungkin bisa dicoba save dahulu setelah desain lalu dibuka kembali, juga dicoba apakah gejalanya hanya muncul di file tersebut atau di file yang lain juga.

  15. mode shape 1 dan 2 adalah translasi pak. saya pernah coba buat struktur bentuk L dan mode shape pertama terjadi rotasi dan mode ke 2 juga demikian dan hasil warning muncul seperti ini pak (biasanya tidak pernah, sampai bentuk H juga tidak ada warning): Banguan Bentuk L 5 tingkat-hasil RUN:

    TOTAL NUMBER OF EQUILIBRIUM EQUATIONS = 38640
    NUMBER OF NON-ZERO STIFFNESS TERMS = 1007268

    * * * W A R N I N G * * *
    THE STRUCTURE IS UNSTABLE OR ILL-CONDITIONED !!
    CHECK THE STRUCTURE CAREFULLY FOR:
    – INADEQUATE SUPPORT CONDITIONS, OR
    – ONE OR MORE INTERNAL MECHANISMS, OR
    – ZERO OR NEGATIVE STIFFNESS PROPERTIES, OR
    – EXTREMELY LARGE STIFFNESS PROPERTIES, OR
    – BUCKLING DUE TO P-DELTA OR GEOMETRIC NONLINEARITY, OR
    – A FREQUENCY SHIFT (IF ANY) ONTO A NATURAL FREQUENCY

    TO OBTAIN FURTHER INFORMATION:
    – USE THE STANDARD SOLVER, OR
    – RUN AN EIGEN ANALYSIS USING AUTO FREQUENCY SHIFTING (WITH
    ADDITIONAL MASS IF NEEDED) AND INVESTIGATE THE MODE SHAPES

    NUMBER OF EIGENVALUES BELOW SHIFT = 0

    mungkin point 5 dan 6 yang menjadi masalah karena geometrik struktur dan penempatan SW kurang pas sehingga menyebabkan point 6 mengikuti point 5.

    ini berarti terjadi puntiran gedung secara global dan output untuk momennya lebih besar sehingga luas tulangan bisa sangat besar, berarti struktur secara keseluruhan kurang bagus (ill Condition) dan perlu penempatan penahan dinding geser yang tepat pada daerah2 yang tepat pula:

    Mungkin ada penjelasan bapak mengenai kasus di atas??

    1. Untuk penempatan dinding geser memang paling efektif jika ditempatkan di sisi-sisi luar gedung sehingga bisa didapatkan jarak kopel momen lawan yang memadai, namun terkadang alasan fungsi ruangan atau arsitektur tidak terlalu memungkinkan sehingga bisa digeser agak ke dalam atau biasanya ditempatkan di daerah core tangga/lift. Mengenai masalah error saya kira perlu dicek dahulu model strukturnya, kadang pesan tersebut justru muncul karena masalah sederhana misal ada nodal yang tidak tersambung, elemen dobel, dll. Bisa cek juga waktu getar struktur misalnya yang jadi teramat besar menandakan ada yang kurang pas dalam model strukturnya.

  16. Salam Pak Purbo,
    Dalam memakai Analisis Dinamik Untuk Analisis struktur gedung tidak beraturan, hasil output kombinasi pembebanan pakai kombinasi mana pak, jika Analysis dalam hasil output, kombinasi statik ekivalen (response ragam pertama) lebih besar dari dinamik apakah pakai hasil kombinasi statik pak, meskipun base shear di sdh kontrol dan hasilnya Analisis Dinamik >80% Statik Ekivalen? pasalnya, Gedungnya sdh tidak beraturan dalam denah dan lebih dari 10 tingkat? Sy merasa aneh sedikit, jika pakai Kombinasi Ekivalen (untuk struktur gedung tak beraturan) padahal seharusnya Kombinasi beban Dinamik??

    1. Dalam perhitungan analisis, terutama gedung tidak beraturan, pastinya analisis dinamik yang akan dipakai. Yang dibandingkan dengan analisis statik adalah batasan base shear-nya saja, guna mengontrol outputnya tidak kurang dari ragam pertama yang diharapkan adalah translasi alias serupa dengan analisis statik (sehingga dicek juga apakah paling tidak mode pertama analisis dinamik sudah dominan translasi). Jadi tidak terus dibandingkan juga gaya dalam antara keduanya, tetap dipakai hasil analisis dinamik dengan kontrol base shear, yang jika sudah memenuhi syarat maka analisis (dinamik) dapat dilanjutkan (tidak perlu faktor perbesaran).

  17. Jika Tinggi Total gedung/Panjang denah gedung lebih dari 3, maka akan ada beban horisontal gempa terpusat di puncak gedung. Untuk kasus ini pak, bagaimana kita menginput di Sap 2000?? sy tambahkan langsung sebagai gaya V saja pada tiap2 portal dengan arah pembebanan X dan Y, yaitu pada puncak gedung saja, sehingga dalam hasil analisis Sap menghitung pada masing2 arah pembebanan dengan penambahan beban terpusat horisontal di puncak gedung saja…..apa demikian pak?/

  18. Ijin bertanya pak, apabila balok induk dan balok anak dimodel putus2, pada output tulangan lentur di sap 2000 akan muncul 2 buah tulagan tumpuan dan lapangan. apakah yang dipakai adalah nilai terbesar?

    1. Bisa dipakai nilai terbesar untuk desain penulangan di tipe balok yang sama. Jika misalnya ada selisih yang cukup besar/banyak (misal di satu lokasi perlu 6D13 dan lainnya 3D13) maka bisa juga dipakai keduanya pada masing-masing bentang/lokasi yang sesuai, dengan catatan tidak terlalu menyusahkan pengerjaannya.

Tinggalkan Balasan ke Purbo Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.