Tips Kerja Cepat (& Tepat) SAP2000 (Part 2 – Pendahuluan)

Oke, setelah pada sekuel pertama sudah penulis bahas tentang tips kerja cepat, di bagian kedua ini tiba saatnya ulasan masalah yang tidak kalah pentingnya, yaitu “Tips Kerja Tepat”. Kenapa sih harus ‘tepat’ juga, apa bisa ‘tidak tepat’ alias ‘salah’? Daripada penulis langsung beri jawaban “Yes/No”, mendingan kita bandingkan saja dengan program lain di bagian pendahuluan ini, biar lebih joss…

Ambil contoh program AutoCAD, misal untuk menggambar obyek sebuah kotak / bujur sangkar, bisa bermacam-macam caranya. Pakai perintah “rectangle”, lewat “polygon”, atau mau manual digambar satu-satu pake “line” juga boleh. Hasilnya semua sama: obyek berbentuk segi empat sama sisi. Masalah mungkin timbul hanya terkait pengerjaan, mana yang lebih cepat, atau masalah seleksi (obyek dengan “rectangle” atau “polygon” langsung terpilih semua saat klik satu sisi, sedangkan dengan “line” harus dipilih satu per satu). Kita lihat lagi contoh lain, misal MS Word, ketika membuat nomor halaman (page number). Tentu tersedia fasilitas otomatisnya, namun mau dibuat manual satu per satu tiap halaman pun bisa juga (coba halamannya ratusan ya hehehe…). Hasilnya jika di-print juga akan sama, nomor halaman berurutan.

Nah, sekarang kembali ke SAP2000. Harap diperhatikan, SAP2000 termasuk program untuk hitungan, sehingga otomatis jika hitungannya ‘tidak tepat’, ya bubar jalan lah semuanya… Contohnya? Kita ambil kasus yang gampang saja deh biar mudah: simple beam sendi-rol. Wah, kok sederhana banget sih… Eh, biar sederhana begini tapi kalau tidak paham bisa salah lho… Ini kasus simple beam balok beton dengan beban terpusat, ceritanya ingin mencari besar reaksi tumpuan.

Ah, gampang itu… Langsung buka SAP2000 dan (saking sudah jagonya) hanya dalam hitungan menit sudah keluar outputnya. Mana? Ini dia :

Lapor! Reaksi tumpuan terdeteksi sebesar 5,20 kN! Laporan selesai! Wuih… mantapnya… Yakin ? Kita coba cek dengan cara ‘jadul’ alias manual ya…

R = 1/2 . ( P + BJ.b.h.L )

R = reaksi, P = beban terpusat, BJ = berat jenis beton, b = lebar balok, h = tinggi balok, L = panjang bentang.

R = 1/2 . ( 5 + 24.0,15.0,25.3 ) = 3,85 kN

Lho? Kok beda? Ah, pasti salah hitung manual tuh! Oke, kita cek lagi dengan prinsip keseimbangan gaya luar dan reaksi tumpuan. Gaya luar / beban (F) adalah sebesar ( P + BJ.b.h.L ) = ( 5 + 24.0,15.0,25.3 ) = 7,7 kN.

Dari cara hitung manual :

2 . R = 2.3,85 = 7,7 kN = F … OK!

Dari cara canggih SAP2000 :

2 . R = 2.5,20 = 10,40 kN > F … ???

Wah, kok ada selisih dengan gaya luar alias beban ya? Ada yang korupsi nih… Apa mesti lapor ke KPK? Hehehe… tidak perlu jauh-jauh sampai ke sana kok. Usut punya usut, ternyata di sini letak kesalahannya :

Faktor pengali berat sendiri penampang masuk dua kali dalam analisis, dalam beban berat sendiri (BS) dan beban terpusat (P), sehingga menjadi :

R = 1/2 . ( 5 + 24.0,15.0,25.3 + 24.0,15.0,25.3 ) = 5,20 kN

Seharusnya, self weight multiplier hanya masuk sekali saja (jika berat sendiri akan dihitung otomatis oleh program), yaitu hanya pada load case BS saja :

Hahaha… cuma itu to, kalau begitu saja sih masih gampang… Oh ya? Pingin contoh lagi yang lebih ‘keren’? Ini dia :

Kalau yang ini ceritanya gedung 5 lantai dengan denah tidak simetris, dari beton bertulang, akan dicari momen maksimum balok. Untuk data geometri, penampang dan bahan asumsikan yang standar saja ya, daripada dicantumkan di sini nanti kepanjangan… Selain itu, akan dibandingkan juga pengaruh gaya gempa pada gedung, dengan acuan rekaman gempa dari Elcentro di Amerika sono. Ah, gampang itu, berarti kita pakai Time History Function kan, yang seperti ini lho :

Ok, benar, itu yang dimaksud. Lapor, komandan! Analisis sudah rampung! Wah, cepat amat, jago benar ini orang ya… oke, kita lihat bareng-bareng hasilnya :

COMB1 (kiri) = kombinasi beban mati+hidup, COMB2 (kanan) = beban mati+hidup+gempa.

Lapor (lagi)! Pengaruh gempa ternyata tidak signifikan! Laporan selesai! Huss… ngawur, gempa kok tidak pengaruh apa-apa ke gedung… Lho, itu tadi buktinya, lagipula rekaman gempa kan juga sudah jelas masuk ke SAP2000. Jadi, apa salahnya? Jangan-jangan programnya yang error ya… Wah kalau ini yang error jelas orangnya donk, ini dia yang kurang :

Walaupun rekaman gempa sudah dimasukkan lewat Function, namun belum otomatis dibebankan pada struktur, sehingga masih harus ditambahkan dalam Analysis Case. Karena tadi belum ada, ya hasilnya juga nol donk alias tidak berpengaruh. Akan lebih nyata jika kita lihat hasilnya (yang sudah benar) berikut ini :

Bandingkan selisihnya, 23 kNm dengan 105 kNm… Wow…

Selain itu, faktor pengali juga harus disesuaikan karena input rekaman gempa Elcentro adalah dalam satuan gravitasi bumi (g). Jadi nilai Scale Factor 9,81 adalah konstanta gravitasi bumi dalam m/detik2 (perhatikan pula saat input angka, satuan panjang harus sesuai, dalam ‘m’!). Bayangkan, jika Scale Factor hanya diisi dengan nilai 1 (karena dikira sudah bawaan dari programnya), momen maksimum yang seharusnya sebesar 105 kNm menjadi hanya 28 kNm… Misal dengan balok dimensi 25/35, yang seharusnya perlu tulangan 5 D 22 hasilnya cuma 2 D 22. Untung sudah sempat membaca blog ini ya hehehe… Tentu yang diuraikan di sini belumlah menjangkau semuanya, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kasus yang dihadapi masing-masing.

Wuih, kok jadi ‘ngeri’ begini ya, jadi takut pakai SAP2000… Hehehe… lantas maunya bagaimana? Menghitung gedung apartemen 30 lantai dengan kalkulator? Asal mengerti dan paham tentang program, dijamin struktur yang paling kompleks sekalipun model dan analisisnya bisa tokcer kok. Sebaliknya kalau nggak ngerti, analisis balok sederhana saja sampai salah 😦 . Kalau meminjam kalimat empunya SAP2000 (Prof. Wilson) di manual SAP90 :

No computer program can replace the engineering judgment of an experienced engineer. It is well said that an incapable engineer cannot do with a ton of computer output what a good engineer can do on the back of an envelope

Perhatikan kalimat yang dicetak tebal, kira-kira terjemahan bebasnya : “walau memakai program canggih tapi asal-asalan, masih kalah dengan insinyur jagoan yang cuma pakai coret-coretan di atas kertas”. Tentu saja yang dimaksud ‘kalah’ di sini adalah ‘kalah akurat’, alias bisa salah, ya seperti dua contoh tadi. Istilah keren “engineering judgment” di kalimat sebelumnyalah yang harus ikut berperan dalam menggunakan suatu program semacam SAP2000. Logika atau nalar juga harus bermain, tidak cukup sekadar bisa klik mouse dan keyboard. Ketika terdapat output yang tampaknya kurang wajar, harus segera diperiksa model yang kita buat, sebelum melangkah lebih jauh.

Waduh, kok jadi panjang begini ya pembukaannya… Maaf, tapi memang inilah yang sebenarnya menjadi point penting dalam penggunaan program hitungan semacam SAP2000 ini. Penulis harap para pembaca juga sudah paham perbedaannya dengan program komersial umum seperti yang diulas di awal tulisan ini. Kalau urusan penggunaan program, penulis kira sudah cukup banyak resource yang tersedia, sedangkan masalah “engineering judgment” kadang jarang dikupas secara mendalam. Untuk referensi literatur yang bagus, penulis sarankan membaca bukunya Pak Wiryanto, terutama pada bab yang membahas masalah tersebut (bukan promosi lho… tapi karena memang oke pembahasannya). Kalau referensi dari penulis sendiri? Hehehe… masih dalam proses, rencana dalam waktu dekat mudah-mudahan bisa segera terbit, doakan saja Ada juga kok, info lengkapnya bisa klik di sini :). Oke, setelah puas jauh melanglangbuana sudah saatnya kembali ke topik posting ini, yang akan penulis sambung di: Part 2 – Kerja Tepat.

96 tanggapan untuk “Tips Kerja Cepat (& Tepat) SAP2000 (Part 2 – Pendahuluan)”

      1. Assalamu alaikum Pak. Saya mau nanya tentang momen pak, saya mahasiswa arsitektur UH. saya mau bertanya pak, tentang pembacaan grafik momen yang sesuai dengan pembebanan atau gaya yang bekerja pak. apa momen yang terbentuk pada arah x dan y itu harus membentuk “cincin” di sekitar kolom atau bisa menyebar tanpa ada bentuk yang jelas seperti “danau”. maaf kalo pertanyaannya membingungkan pak, soalnya saya masih belajar sap 2000.

        btw saya punya kedua seri buku bapak, dan saya belajar dari situ. mohon dibantu pak :). wassalam

      2. Wa’alaikumsalam Wr. Wb., kalau sepemahaman saya maksudnya itu mungkin grafik diagram interaksi Momen arah-x (Mx) dan arah-y (My) kan. Bentuknya tergantung beragam faktor misal bentuk kolom (kotak,persegi,bundar,L,dll.), material, penempatan susunan tulangan, dst. Contoh kolom persegi bentuk diagram interaksi Mx dan My akan cenderung seperti lingkaran, sedangkan kolom kotak dengan panjang sisi berbeda akan memiliki diagram yang lebih lebar pada sisi sumbu kuatnya (misal lebar x > y maka lazimnya nilai grafik Mx > My).

  1. Jenderal, aku kopral Ilham arep takon :
    1. Analisis struktur gedung terhadap beban gempa dg metode Time History yg menggunakan rekaman gempa El-Cento untuk wilayah Yogyakarta itu sebaiknya diskala berapa? Kalau hrs diambil 100% gempa El-Centro itu return period gempa di Yogya berapa tahunan?
    2. Khusus untuk gedung, enak mana penggunaan software SAP2000 dengan ETABS yg notabene satu pabrik CSI.
    3. Mbok tulung ditambahi cara menentukan daktilitas struktur dg metode Static Pushover menggunakan SAP2000.

    1. Laporan diterima pak hehehe…
      1. Untuk ukuran jogja/indonesia input Elcentro sebenarnya mesti diskalakan lagi (selain skala I*g/R) terhadap grafik respon yang kita punya di SNI, cuma untuk ini topiknya lumayan rumit hehehe… dulu pernah dapat penjelasan sama pakarnya seingat saya yang jelas faktornya kurang dari 1,0 (input Elcentro jadi lebih kecil).
      2. Kalo untuk gedung sebenarnya lebih enak dgn ETABS, karena feature2nya lebih sesuai misal penggambaran kolom di denah, template model gedung, dll.
      3. Untuk cara pushover dari websitenya ada contohnya (walaupun versinya 14 dan untuk portal baja), lalu daktilitas struktur dari grafik outputnya dicari displacement maksimum dibagi yieldnya dikali faktor kuat lebih. Memang topik pushover termasuk topik advanced jadi masih harus banyak belajar, terutama properties hinge. Mudah2an nanti juga bisa jadi topik tulisan…

      1. pak saya mau nanya, untuk scale factor analisis time history itu beda-beda ya pak tiap daerah?
        terus untuk tiap rekaman gempa beda juga kah? misalnya saya gunakan 3 rekaman gempa yang berbeda di Yogyakarta
        makasih pak, mohon penjelsannya…

      2. Menurut pasal 11.1.4 SNI 1726:2012 faktor skala untuk time history adalah I/R, dengan I tergantung jenis penggunaan gedung dan R tergantung sistem struktur yang dipakai. Rekaman gempa tentu saja juga akan berbeda tergantung wilayahnya.

  2. Salam,
    Saya mengalami kasus untuk mereview hasil perhitungan orang lain. Ternyata di lapangan ada perbedaan antara yg di desain dgn yg dibangun. Langkah-langkah cepat apa sebaiknya dilakukan sementara kita tak memiliki file input yg bisa segera dilihat di SAP2000/ETABS.

    trims atas masukannya.
    Salam

    1. Mas/Pak Dadang, berdasar pengalaman pribadi, untuk review hasil hitungan memang sebaiknya kita membuat file hitungan SAP/ETABS kita sendiri berdasar gambar2 yang ada (lebih baik kalau bisa yang As Built Drawing), bahkan dalam beberapa kasus harus mengukur sendiri ke lapangan, terutama bila tidak tersedia gambar. Karena review hasil hitungan kan tentunya bersifat menyeluruh, kecuali bila hanya sekadar mengecek elemen tertentu mungkin masih bisa dibandingkan hitungan manual seperti yang pernah saya tulis di bagian akhir Part 2 – Kerja Tepat, namun secara umum sebaiknya tetap kita buat hitungan sendiri untuk kemudian dibandingkan. Sebagai langkah awal juga bisa diperiksa laporan hitungan atau dokumen sejenis (bila ada) untuk di-review bila kemungkinan terdapat beberapa hitungan yang dirasa kurang sesuai/tepat.

  3. Salam,
    Mas, portal 10 lantai menerima beban lateral dan dalam analisis masih bersifat elastis, apakah kolom di rencanakan dengan momen di perbesar atau efek p delta, apakah di sap2000 efek p delta bisa dilakukan tanpa menghitung secara manual.
    Terimakasih.

    1. Untuk kriteria perbesaran momen pada kolom kan ada di SNI Beton apakah diperlukan atau tidak. Untuk P-Delta di SAP analisisnya termasuk yang non-linier (dari analysis case bagian nonlinear parameter).

  4. pak purbo, mau tanya, misalkan saya ingin buat bangunan tahan 5 skala richer, nah input di sap itu mana yg harus di oprak oprek ??misalkan kita hitung respond spektrum wilayah 3, tapi wilayah itu kan tidak cukup kuat utk gempa 5 skala ritcher ( maaf kalo saya salah ), atau jika kita tinggal di wil 3, maka kita harus ambil hitungan di wil 5 ato 6 begitu untuk menyamakan getaran gempa sampai 5 skala ritcher ? thanks pak

    1. Kayaknya masih ada kerancuan tentang desain gempa pada gedung. Harap diingat, bahwa ukuran gempa dalam skala Richter (SR) adalah di pusat gempanya, sehingga sangat tergantung dari jaraknya ke lokasi gedung. Contohnya, saat gempa & tsunami 2004 di Aceh, ukurannya sampai 9+ SR, di Jogja tidak terasa apa2. Tapi saat gempa di Bantul (2006), kota Jogja ikut kocar-kacir, padahal ukurannya lebih kecil, sekitar 6 SR. Kenapa? Faktor jarak. Itulah sebabnya dalam desain gedung tidak digunakan acuan SR, karena menjadi sangat relatif, tapi digunakan angka percepatan (acceleration) dalam satuan gravitasi bumi, misal 0,20 g dst. sesuai wilayah gempanya. Saya juga jadi agak bingung maksudnya “wilayah 3 tidak kuat untuk gempa 5 SR…”, karena pembagian wilayah itu tidak berdasar skala Richter-nya. Sebenarnya dari angka percepatan (misal 0,20 g) tadi juga bisa dikonversi ke angka SR, tapi memerlukan data jarak dan kedalaman pusat gempa dari lokasi gedung (sangat variatif dan jadi ribet). Jika sempat, nanti juga akan saya tulis pembahasan mengenai hal ini.

      1. Terimakasih bahasannya pak purbo, saya tunggu penjelasan lanjutan tentang gempa ini.
        Dalam kondisi apakah metode dengan analisa respon spektra dan time history digunakan ??
        Thanks Pak Purbo

      2. Untuk RS dan TH terutama untuk gedung yang tidak beraturan bentuk denah atau elevasinya, atau pada struktur yang penting misal reaktor nuklir.

  5. Pak Purbo, Siti mau nanya nih, tentang input El-Centro yg diskalakan menurut SNI-1726-2002 dg faktor skala = Ao*I/R = k*g*I/R dengan k=koefisien (tabel 5). Misal untuk daerah Yogya, tanah sedang, I = 1, R = 5.5, g = 9.81 m/det2 maka faktor skala = 0.41. Koq kecil ya pak? Bagaimana menurut bpk?

  6. Mas Probo salam kenal
    saya mau tanya tentang yang sangat mendasar (maaf masih newbie banget!)
    kalo cari moment dari simple beam yang mas ajarkan di atas bagaimana ya?

    setelah saya analysis dari simple beam yang mas ajarkan di atas di dapat hasil 4.76 kN/m
    tapi setelah saya cek pake manual ko beda ya… hasilnya 5.775 kN/m
    saya menggunakan rumus M = PL/4

    Terima Kasih

    1. Salam kenal juga, sepertinya ada yang salah hitungan manualnya, harusnya juga ketemu sekitar 4,7625 kNm (momen dari beban titik PL/4 + beban berat sendiri balok 1/8*qL^2, dengan q=0,15*0,25*24), silakan dicek lagi.

  7. Salam kenal pak Purbo

    saya mau tanya tentang efek p-delta untuk pengaruh ke strukturnya apa?kalau untuk masalah ketidak vertikal kolom /inklinasi harus dicek terhadap apa? sudi kiranya bapak memberi informasi yang ada. thanks

    1. Efek P-Delta berpengaruh menambah momen sekunder yang terjadi pada struktur, di mana dengan adanya simpangan (delta) maka gaya (P) dikali lengan/simpangan menjadi momen tambahan.

  8. Mau tanya pak, kenapa SAP vs 9.03 saya tiba-tiba
    License not found
    error 17
    Probably no servers running
    Cara mengatasinya bagaimana ya pak??
    Thanks

  9. pak, saya mau nanya. saya mau masukin beban time history tapi bukan dari beban gempa. getarannya dari mesin yg merambat melalui tanah. saya masukin bebannya ke joint atau kemana ya? saya cari di manual sap tidak ada cara memasukan beban ke base.
    pertanyaan satu lg, pada define load patterns, saya memasukan beban dinamik (beban dr getaran mesin) pas di bagian type saya pilih apa ya pak? karna tidak ada pilihan untuk mesin. adanya untuk kendaraan. mohon bantuannya pak, untuk skripsi saya. terima kasih.

    1. Biasanya beban getaran mesin dibebankan langsung pada struktur, namun kalau mau dibebankan sebagai getaran tanah maka ya diasumsikan saja seperti gempa tapi sumbernya dari getaran mesin di luar bangunan. Beban dimasukkan lewat define > function > time history dan dimasukkan rekaman getaran di tanah akibat mesin. Selanjutnya didefinisikan lewat load case (tidak lewat load pattern). Lihat contoh aplikasi time hstory pada help/example problems.

      1. terima kasih atas jawabannya pak.

        pak, hasil run saya total history length (time) dan length of time-steps (time) nilainya terlalu besar (kasar hasilnya). bagaimana cara untuk memperbaikinya pak? salah dalam pemasukan data time history atau yg lainnya ya pak? bahkan number of time-steps to be integrated saya besar sekali, sampai ratusan. sebelumnya terima kasih banyak pak.

      2. Saat definisi di analysis case (atau load case kalau versi 11 ke atas) untuk tipe time history kan ada setting bagian time step data (number of steps dan time step size) di sebelah bawah yang bisa dirubah.

  10. permisi…., numpang lewat!!!
    mas…mas, mau tanya : apakah nilai momen inersia pada balok itu yg dimasukan nilai murni nya (1/12.b.h^3) atau sudah dikalikan lg dg I/L nya ya? soalnya analisa di SAP hasil akhir nya beda dengan analisa manual dg metode cross. tolong yah

  11. asslkm.salam kenal mas, mas say mau nanya ni tentang buku diseri 2, di time history, time step data nya mas, nilai dari 145 didapat dari mana mas dan waktu rekaman total 12,113 didapat dari penjumblahan T1 + T2 + T3 + seterus nya y mas, sehingga didapat nilai total rekaman 12,113 ya mas! mohon mas dijelaskan

    1. Wa’alaikumsalam, penjelasannya sebenarnya sudah ada di hal. 117 paragraf kedua. Nilai 12,113 dibaca dari input rekaman akselerogram (nilai T maksimum, lihat hal. 113 untuk cara pembacaan akselerogram Elcentro bawaan dari program). Dengan membagi nilai tersebut dengan rerata interval waktu (0,05 detik) didapat nilai sekitar 245 step (bukan 145). Intinya : number of output time step size x output time step size = waktu rekaman total.

  12. lapor komandan

    saya memasukkan gempa menggunakan respon sepectrum yang ada di SNI 1726 2002, pertanyaannya “apakah scale faktornya juga harus dikali dengan 9.81??

    o ya, satu lagi , klw cara input pembebanan angin melalui sap gmna ya pak ndan??
    #maaf bnya nanya 🙂

    1. Sebenarnya jawabannya sudah ada pada peraturan yang sama, tepatnya di Pasal 7.2.1. ada kata-kata : ” … yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R … “. Ada juga penjelasan di buku Seri 2 halaman 30 dan 80. Untuk beban angin bisa dibebankan sebagai beban titik (terkonsentrasi pada nodal, tekanan angin dikalikan luasan sekitar nodal) ataupun sebagai beban merata pada balok, rafter atau kolom struktur (tekanan dikalikan lebar tinjauan).

  13. Mas, mau tanya, saya udah mencoba menghitung gaya dalam rangka batang sederhana, kalau self weight multipler nya di 0 kan, jumlah reaksinya sama dengan jumlah beban namun gaya batangnya berbeda dengan yang dihitung manual ataupun dengan program MDSolids, mohon pencerahannya, terimakasih banyak.
    Sap2000 v14

    1. Mungkin bisa dicoba batang-batang diset sebagai elemen truss dengan jalan pada property modifier selain faktor pengali axial lainnya diisikan nilai nol, sehingga diharapkan batang hanya menerima gaya aksial saja. Secara default, batang diset sebagai elemen frame yang menahan aksial, momen dan geser bersamaan yang kurang tepat peerapannya untuk konsep rangka batang yang bekerja berdasar prinsip aksial tekan/tarik saja.

  14. Pak, saya mau minta penjelasan mengenai input properti material beton bertulang. Saat desain kolom, apakah data “longitudinal bars-rectangular configuration” dan confinement bars-rectangular configuration” dibiarkan sesuaidefaultnya? Atau datanya dirubah berdasarkan perencanaan? (SAP2000 v11)

    Tks
    @Wahyudi

    1. Tergantung dari kebutuhannya apakah untuk desain (to be designed, option paling bawah) atau untuk pengecekan (to be checked). Kalau untuk pengecekan, misal untuk evaluasi struktur, maka dimasukkan sesuai konfigurasi di lapangan dan program akan menentukan apakah tulangan terpasang tersebut sudah mencukupi. Kalau untuk desain, maka input tulangan hanya bersifat sebagai masukan awal dalam proses penentuan kebutuhan luas tulangan. Ingat bahwa proses desain tulangan kolom dilakukan berdasar perbandingan gaya dan momen yang bekerja terhadap kapasitas aksial-momen kolom pada diagram interaksi. Pada proses desain, diagram interaksi yang dihasilkan dari input kemudian dimodifikasi (misal dinaikkan rasio tulangannya) sampai batas tertentu sehingga mencukupi untuk menahan beban-beban yang bekerja, sedangkan proses checking hanya langsung memakai apa yang ada pada input saja.

      1. assalamualikum pak purbo, semoga wordpressnya masih hidup hehe. pak saya mau tanya di sap 2000 dalam tulangan sengkang kolom, tidak ada pilihan tulangan tumpuan dan lapangan, karena spasinya beda tul.tump 15 cm dan tul.lapangan 20 cm. karena evaluasi struktur apa langsung disamakan spasinya 15 cm saja. mohon pencerahannya, terima kasih.

      2. Wa’alaikumsalam Wr. Wb., masih aktif kok hanya belum sempat menulis lagi, tapi sebentar lagi akan di-update. Untuk tulangan begel kolom memang hanya disediakan satu macam isian, jadi alternatifnya kolom/frame bisa dibagi menjadi 3 (tumpuan, lapangan, tumpuan) dan di-assign tipe berbeda misal K1T dengan spasi 150 dan K1L spasi 200, tapi memang jadi lebih rumit/banyak. Alternatif lain bisa dipakai spasi 200 untuk semuanya (kemampuan geser lebih kecil), jika nanti ada yang tidak aman baru bisa dilokalisir elemen mana saja lalu bisa dicoba dengan assignment spasi 150.

  15. maaf bapak.
    Saya ingin bertanya mengenai analisa pondasi dalam/pancang menggunakan program SAP2000. saya sudah membuat model struktur seperti bangunan berthing dolphin atau dermaga. tetapi tiang pancang tidak aman. padahal dimensi saya kira sdh cukup. apakah di sap dianggap kolom berdiri bebas? bagaimana cara memasukkan nilai data tanah seperti end bearing dan friksi ke tiang tsb. thx sebelumnya bapak.

    1. Untuk tiang pancang pada kedalaman tertentu dengan jepitan tanah bisa dianggap efektif (tanah di sekitar permukaan sebaiknya dianggap loose jadi tidak meberi dukungan) tahanan tanah lateral dapat dimasukkan memakai elemen spring, dengan nilai kekakuan spring disesuaikan dengan jenis tanahnya. Dukungan friksi dapat diberikan dengan cara serupa, termasuk dukungan vertikal. Jika tanah pada kedalaman tertentu bisa dianggap cukup keras, boleh saja tinggal diberi dukungan sederhana seperti sendi (tanpa friksi) plus tahanan lateral saja. Parameter tentang tanah sebaiknya dikonsultasikan ke ahli geoteknik/mekanika tanah. Kemungkinan yang berpengaruh adalah tahanan lateral karena gaya lateral tumbukan kapal yang lazimnya lebih menentukan.

  16. Salam mas Purbo,
    Pak Purbo udah banyak pengalaman dalam desain gedung, biasa desain balok lift apakah Insinyur sipil atau mekanik yang ambil alih perhitungan?
    Untuk input di Sap 2000 beban orang di Lift (beban yang sdh di distribusi dari ruang lift) sebaiknya di buat sebagai beban merata di sekeliling dinding tiap lantainya atau lantai terakhir saja atau di abaikan karena beban hidup yang di pakai di setiap lantai sdh mencakup orang yang di dalam lift?? Saya pikir2, agar tidak terjadi beban lebih saya input di Sap 2000 di diding geser paling atas yang nantinya akan di transfer ke dinding sampai di fondasi.

    1. Beban lift terutama untuk tinjauan gempa lebih baik bila dipusatkan di lantai paling atas/atap dan diikutkan sebagai massa sehingga efeknya bisa lebih besar dalam analisis gempa, kalaupun mau ditinjau efeknya per lantai tertentu juga boleh saja. Desain balok tetap didesain ahli struktur dengan data lift (terutama beban dan dimensi) dari supplier atau pihak lain.

  17. Salam pak Purbo,
    Di buku seri 2 bapak untuk analisis statik ekivalen 3D (beban gempa Auto Lateral Load) dan Dinamik 3D tidak memperhitungkan suatu ED pada tiap lantai. Apakah Ecc.Ratio (All DiapH) = 0,05 itu sdh secara default memeprhitungkan ED tiap lantai baik analisis secara statik ekivalen maupun dinamik 3D yah tanpa harus memasukan override Diaph Ecc tiap lantainya pak??
    Atau nanti di input melalui menu define>Coordinate System Grid pada pusat masa gedung pak??

    1. Sebaiknya dimasukkan juga eksentrisitas rencana terutama gedung tidak beraturan (dalam contoh memang denah cenderung beraturan) lewat override diaphragm ecc. yang dimasukkan sebagai nilai jarak (masing-masing lantai harus sudah diberikan constraint tipe diaphragm terlebih dahulu.)

  18. Yang saya buat, jika sdh di Analysis dengan Auto Lateral Load, sy hitung manual lalu masukan by override Diaph Ecc (Untuk memenuhi SNI 03-1726-2002,PS 5.4.4 untuk analisis statik maupun dinamik harus di tinjau suatu ed rencana), apa ini tidak perlu lagi di terapkan jika sdh pakai Auto Lateral Load (UBC 97) yang secara otomatis sdh memperhitungkannya?

  19. Salam pak Purbo,
    Sy mau minta petunjuk bpk. biasanya di gedung2 tertentu pada bagian depan ada Kolom sebagai Pilar Symbol kemegahan gedung (contoh:mahkama agung AS). Kasus yang sy dapat, si Arsitek membuat kolom tersebut miring kayak kolom2 luar stadion Bung Karno. Kolomnya miring sampai 50 derajat dengan tinggi 16 meter (4 kolom depan). Padal itu hanya seperti teras rumah meskipun satu kesatuan. Jika kita analysis di Sap 2000, apakah sebaiknya tidak libatkan dalam Sap 2000 saja?soalnya waktu hasil check betonnya tulangan longitudinal yang di butuhkan 3kali lebih banyak dari struktur utama. Kan ini aneh, padahal yang di pikul Atap, Balok Ring dan berat sendiri. Tulangan begitu banyak karena di ikutkan serta memikul beban gempa dan karena posisi tak stabil, jadi kolom miring ini di anggap sebagai kolom struktural. Kan kalau lebih baik di desain sebagai kolom Arsitektural saja (seperti kolom praktis) dengan beban mati dan hidup serta gempanya berdasarkan berat sendiri dan beban mati tambahn (atap). hitung manual pakai muto tidak mungkin sebanyak kolom2 utama apalagi sampai 3 kalinya.
    Mungkin bapak bisa kash solusi berdasarkn pengalaman bapak.

    1. Salam juga. Kalau melihat tingginya yang mencapai 16m (berarti setinggi gedung 4 lantai benar ya? kok rasanya tinggi sekali) sepertinya yang membuat tulangan menjadi besar/banyak adalah faktor kelangsingan, ditambah kemiringan yang menyebabkan semacam efek P-delta atau tambahan momen sekunder ditambah beban gempa, meskipun beban aksialnya mungkin tidak terlampau berat. Menurut saya sebaiknya tetap sebagai kolom struktural, mengenai jumlah tulangan dikontrol relatif terhadap luas kolom total yaitu dalam bentuk prosentase tulangan, idealnya di bawah 4% masih oke. Karena kolom sangat tinggi semestinya bisa mendapat dimensi yang lebih besar daripada kolom bangunan utama, paling tidak pada dimensi arah memanjangnya.

  20. Salam pak Purbo,
    Betul tinggi sekali…gedung 4 lantai tinggi terasnya dari puncak atas sampe bawa…
    Memang betul pak, dimensi haarus lebih besar dari struktur utama.

    1. cara mengecek di Sap 2000 minimum 25% struktur rangka harus memikul beban gempa tanda kehadiran Dinding Struktur bagaimana untuk tiap portal arah x misalkan bagaimana pak?
    2. Dan untuk dinding struktural yang menjadi satu kesatuan dengan balok kolom pada arah tertentu (misalkan pada contoh Seri 2 Sap 2000), apakah itu di pisahkan untuk mengecek minimum 25% V arah x misalkan, atau dianggap saja satu kesatuan dengan dinding geser yang memikul beban gempa pada arah tersebut?
    Sy dengar buku berikutnya akan di tulis (mungkin seri 3)

    1. Untuk mengecek gaya geser kolom dan dinding geser, bisa dilakukan dengan metode yang mirip seperti saat menampilkan output momen shear wall (buku Seri 2 hal.175, dengan membuat group terlebih dahulu masing-masing untuk semua kolom level paling bawah dan dinding geser secara terpisah (perhatikan nodal-nodal elemen terkait), sehingga bisa ditampilkan gaya geser dasar untuk masing-masing kelompok tsb.

      1. pak saya mau tanya, misal mau mencari gaya batang pada kuda kuda baja memakai beban terpusat, beban mati, hidup, angin self weight multiplier 0 semua atau bagaimana?

      2. Saya kok kurang jelas pertanyaannya, kalau maksud Anda melihat gaya batang untuk masing-masing tipe beban, maka tinggal dipilih saja tipe beban yang sesuai saat menampilkan output element/frame forces, misal DL, LL, dst. Jika yang dimaksud apakah pengali berat sendiri perlu dinolkan untuk analisis kuda-kuda, maka itu tergantung apakah berat sendiri batang sudah ikut dihitung dalam beban mati. Kalau sudah ikut dihitung maka tidak perlu diikutkan lagi.

  21. Assalamu alaikum Pak Purbo
    saya mau nanya
    1. masalah beban envelope . kombinasi envelope bisa kah di di aplikasikan ke beban hidup (terbagi rata) gedung . saya perna coba namun hasil kombinasi envelope lebih kecil dari kombinasi linier add , apa memang seharusnya untuk gedung digunakan kombinasi linier add ?

    2. masalah pusat masa dan pusat rotasi lantai pak , adakah referensi bapak tentang hal tersebut ?

    3. masalah respons spektrum pak,SNI 2002 1726 mengharuskan (+/-) 100%x + (+/-) 30%y . jika saya gunakan kombinasi +100%x + 30%y , -100%x + 30%y, -100%x – 30%y . hasil nya semua sama pak ?
    apakah memang seperti itu , arah gempa tidak menjadi masalah, yg penting nilai nya (100% dan 30&) sama ?
    krna saya hanya belajar respons spektrum 2D dengan sa el centro .
    trima kasih pak sebelum nya

    1. Wa’alaikumsalam Wr. Wb., untuk kombinasi linear add maka sesuai namanya adalah menambahkan keseluruhan output dari beban yang ada di kombinasi tsb, sedangkan envelope hanya akan menghasilkan/memilih output yang terbesar (maksimum/minimum) saja. Contoh misal output momen akibat L1 = 20 kNm, momen L2 = 15 kNm, jika dipakai linear add maka hasilnya = 20+15 = 35 kNm sedangkan envelope akan menghasilkan = 20 kNm (dipilih terbesar).

      Untuk referensi pusat massa dan rotasi saya kira lebih banyak ada di manual dari program yang bersangkutan atau di literatur2 tentang dinamik/gempa. Tanda plus dan minus menandakan sifat gempa yang bolak-balik artinya perlu ditinjau juga pada arah yang berlawanan (+X/-X dan +Y/-Y). Khusus pada analisis respons spektrum sudah memperhitungkan sifat resiprokal tsb sehingga tidak perlu diberikan tanda lagi (cukup positif saja).

      1. trima kasih pak sebelum nya
        namun ada beberapa hal lagi yg mau saya tanya tanyakan
        1. adakah auto lateral untuk beban angin yg sesuai peraturan indonesia di sap 2000 ?
        2. untuk respons spektrum menurut sni gempa 2002 . apakah ada perbedaan jika kita memakai fungsi ubc 97 pada fungsi respons spektrum dengan ca dan cv yg sudah di sesuaikan dengan daerah masing masing ; dengan kita memplot grafik respons spektrum dengan user difine / from file ?

        sejauh yg saya coba tidak terlalu mencolok perbedaan nya tapi saya belum PD 😀

        3. untuk mengolah file hasil output sap2000 ke dalam bentuk laporan struktur. ada kalanya di perlukan nilai momen max saja pada stiap frame .adakah cara cepat bapak untuk hal ini , yang mana jika kita export file tersebut ke excel . semua kombinasi muncul sedangkan kita hanya perlu kombinasi untuk momen maximum saja

        trima kasih sebelum nya pak 🙂

      2. Untuk beban angin sesuai SNI pembebanan yang baru (2013) maka bisa mengacu/dipilih peraturan ASCE 7-10. Memang ada sedikit perbedaan untuk input RS dengan input nilai dan secara manual/file terutama pada sisi kurva resesi, namun saya kira bisa dipakai keduanya. Untuk output excel bisa disortir saja ditampilkan output momen maksimum lewat fungsi max/min di excel, yang otomatis akan tampil juga kombinasi yang bersangkutan yang sesuai pada baris yang lain.

  22. assalamualaikum wr wb pak purbo

    trima kasih lagi pak

    adalagi yg mau saya tanya , mungkin mala banyak lagi 😀
    1. jika saya ingin mendisain struktur frame baja dengan floor dek
    saya gambar elemen sheel dengan tebal tertentu ( mis 10 cm )
    elemen sheel material concrete fc sekian
    distribusi beban uniform , di mesh
    lalu saya run dan saya ambil momen positif maximum untuk menentukan tebal floor dek dan momen negatif untuk disain tulangan momen negatif

    secara aktual tebal floor deck juga 10cm di ukur dari bawah floor deck
    apakah boleh demikian ?

    2. jika saya ingin export ke tekla
    dalam bentuk apakah file tersebut saya export
    terima kasih pak sebelum nya

    1. Wa’alaikumsalam, selama saya masih bisa jawab ndak apa2… ketebalan dimasukkan sesuai tebal elemen bersangkutan, untuk penentuan tebal sebaiknya dipakai momen (absolut) terbesar dari maksimum dan minimum, sedangkan tulangan bisa didesain sesuai masing2 negatif dan maksimum. Untuk pelat cor biasa tebal 10 cm umumnya untuk dak, sedangkan pelat lantai bisa 12 cm. untuk Tekla saya jarang menggunakan jadi kurang tahu untuk masalah export filenya.

      1. ya pak
        itu kan floor dek pak
        apakah tidak masalah input beban nya dengan uniform
        yg notabene floor dek adalah one way slab CMIIW

        apakah tidak belebihan pak floor dek , yg jarak bersihnya sekitar 1.8 meter digunakan tebal 12 cm .

        trima kasih sebelum nya pak

      2. Beban uniform to frame dapat juga dipakai utk one way slab, tinggal disesuaikan pilihan direction, beban akan didistribusikan hanya ke arah sumbu lokal 1 elemen pelat. Untuk ketebalan pelat bisa menyesuaikan dengan jarak balok pendukung, bisa dicek dengan hitungan tebal minimum pelat seperti pada literatur2 struktur beton.

  23. Assalamualaikum pak purbo,
    Pak saya ada sedikit pertanyaan. Kalau beban atap dimodelkan sebagai beban titik, setelah hitung manual DL, LL, WL kuda2nya dimodelkan sendiri lalu dicari reaksinya dulu atau bagaimana pak? Kalau iya, angkanya yg dimasukkan sbg beban di tumpuan yg mana ya pak? apakah yg gaya axial?
    Terimakasih pak sebelumnya 🙂

    1. Wa’alaikumsalam, untuk analisis kuda2 beban2 yang sudah dihitung dimasukkan sebagai beban nodal di titik2 buhul pertemuan batang kuda2 sesuai bebannya masing2 (DL, LL, dst.) lalu diberi kombinasi dan di-run analisisnya, otomatis reaksi tumpuan sudah memperhitungkan semua beban yang ada.

  24. Nice blog, pak.

    Saya sedang mengerjakan pemodelan dermaga menggunakan SAP2000.
    Permasalahan yang saya alami, pada saat membuat frame lantai atas dermaga akan terbentuk join dengan sendirinya pada ujung2 frame.
    Selesai running, joint2 tersebut menghasilkan nilai defleksi begitu besar terutama akibat gempa (mungkin karena berada di ujung dan tidak ada yang menopang).
    Namun pada dunia nyata, joint2 tersebut harusnya tidak ada, joint terbentuk karena saya membentuk frame.
    Pertanyaannya adalah, apakah join yang dibentuk frame bisa dihapus atau diabaikan? Saya mencoba constrain diapraghm namun defleksi masih besar.
    Terimakasih sebelumnya.

    1. Nodal atau joint akan otomatis terbentuk atau ada pada setiap ujung2 elemen baik frame, shell, solid dan tidak dapat dihapus. Yang dapat dihapus adalah nodal2 tambahan yang diberikan/ditambahkan secara manual. Kalau nodal tersebut melendut bersamaan dengan elemen yang ada maka memang begitu adanya. Yang dikhawatirkan adalah bila ada nodal yang mengalami perpindahan terpisah dari elemennya, maka hal ini berarti ada nodal yang tergambar/terbentuk ganda. Kalau melihat keterangannya sepertinya memang hasil analisisnya demikian, jadi kemudian bisa dicek apakah lendutan yang terjadi masih dalam batas izin atau tidak. O ya untuk tambahan, tujuan pemakaian joint constraint seperti tipe diapraghm adalah untuk mereduksi jumlah DOF yang dihitung dalam analisis, bukan untuk memperkaku elemen atau mengurangi lendutan, jadi jelas hasil defleksi tidak berubah.

  25. Asslamualaikum pa
    Saya mau tanya nih untuk mencari nilai pusat massa dan pusat kekakuan pad SAP2000 gmn caranya? Yang nantinya bisa dihitung untuk mencari nilai eksentrisitas

    1. Paling mudah mungkin memulai model dari template yang ada, lalu dilakukan perubahan/penggeseran elemen-elemen yang diperlukan, misal kolom dan balok as tertentu digeser/move sekian meter. Bisa juga menggambar dari awal namun dengan gridline yang sudah disesuaikan juga (tidak simetris sesuai ukuran).

  26. pak, bagaimana struktur tangga dan lift harus dimasukkan pada gambar sap2000, meskipun posisinya dipinggir? maklum, saya masih pemula.

    1. Untuk struktur tangga alternatifnya dapat dimodelkan sekaligus dengan elemen shell, atau bisa juga dimasukkan sebagai beban saja pada balok ruang tangga. Lift juga dapat dimasukkan sebagai beban pada puncak/atap/ruang mesin lift.

      1. asslmlkm pak purbo, pak dalam desain struktur gedung kan umumnya struktur tangga dipisah. Dalam simulasi sap 2000 apakah beban tangga (pelat dan beban hidup) tetap perlu di masukkan dalam beban balok penahan tangga dan disimulasikan respon spektrum atau sama sekali tidak perlu dimasukkan jadi lsng disimulasikan respon spektrum ?
        iya pak satu lagi, saya bingung pada beban dinding sebesar 250kg/m2, apakah artinya itu satu meter panjang balok mampu menahan 250kg, atau berat luasan dinding sebesar 1×1 m2.
        terima kasih mohon bimbingannya pak purbo

      2. Wa’alaikumsalam, kalau struktur tangga menjadi satu dengan struktur utama maka pembebanan tentu harus dimasukkan juga. Memang ada alternatif elemen struktur tangga ikut serta dimodelkan sebagai elemen dalam program atau struktur tangga (pelat) dijadikan sebagai beban ke balok-balok pendukung sekitarnya. Terkait analisis spektrum respons, asal pembebanannya sudah diikutkan dalam mass source yang sesuai maka mestinya sudah otomatis ikut dihitung (sebagai massa struktur).

        Untuk beban dinding maksudnya adalah 250 kg per m persegi luasan dinding vertikal, jadi bila akan dimasukkan sebagai beban merata ke balok dikalikan dengan tinggi dindingnya.

  27. Mau perjelas yang tadi pak soal scale factor,
    Jadi kalau saya R=8 dan I=1,5 jadi scale factornya 0,1875 kan ya pak, lalu nanti pada saat input data load case untuk time history nya scale factornya masukkan 0,1875 begitu pak? Itu untuk masing-masing gempa misalnya Kobe, El Centro, San Fernando sama semuanya 0,1875 scale factornya?

    1. Betul, scale factor tergantung dari sistem struktur dan fungsi bangunannya, yang berbeda nanti di input rekaman function time history sesuai rekaman gempanya.

      1. oiya pak, mau nanya lagi kenapa saat melakukan start design structure gak bisa ya pak?
        apa yang salah ya pak, padahal saya sudah memasukkan design combo?

      2. Design dilakukan setelah analisis struktur selesai terlebih dahulu, disesuaikan desainnya jangan keliru untuk elemen beton atau baja. Setahu saya juga program tidak bisa melakukan desain untuk elemen dengan section designer.

  28. selamat malam pak purbo..sy mau nanya pak, bagaimana cara memodelkan joint/pertemuan antara struktur girder dgn abutment?
    apakah bisa dgn memakai fitur “hinge”? trims..

    1. Jika yang dimaksud adalah tumpuan girder ke abutment, saya kira cukup dengan restraint sendi saja, atau elemen balok girder dapat juga diberikan release momen M33 pada ujung balok.

Tinggalkan Balasan ke ahmad Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.